Jumat, 27 Juli 2012
Renungan : Apa Yang Kamu Pinta??
Andai Anda memiliki satu kesempatan berdoa.
Hanya satu permohonan yang benar-benar akan dikabulkan.
Hanya satu permintaan yang akan didengar.
Hanya satu hal yang akan terjadi dengan satu doa yang Anda panjatkan.
Kira-kira apakah yang akan Anda pinta… ?
Cita-cita yang belum tercapai…?
Angan-angan yang masih menjadi impian…?
Yang tentunya setiap orang berbeda-beda.
Ada yang menginginkan rumah mewah lengkap dengan segala isinya.
Istri atau suami yang menawan, bagi yang belum memiliki pasangan.
Mobil termahal yang pernah ada di muka bumi ini.
Usaha yang menjajikan.
Dan lain sebagainya, semua sesuai dengan kondisi masing-masing.
Namun, kalau direnungkan ternyata permohonan hamba itu sepadan dengan kualitas ilmu dan wawasan yang dimilikinya. Mungkin permohonan seorang tukang sampah tidaklah sama dengan doa seorang bupati. Doa tukang becak mungkin tidak setinggi permintaan seorang boss di sebuah perusahaan. Doa anak kecil tidaklah sama dengan doa orang dewasa.
Simaklah kisah seorang pria di masa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mendapatkan sebuah kesempatan emas untuk memohon, apakah yang dia mohon?
Pria itu adalah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang bernama Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami radiyallahu ‘anhu, dia tidak memiliki rumah, karena ia biasa tidur bersama Ashabussuffah di tempat yang disediakan di Masjid Nabawi, namun dia senantiasa mengisi waktunya untuk berkhidmat kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
Bacalah kisah selengkapnya dari sang pelaku sejarah sendiri, Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu aku biasa melayani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, aku menyelesaikan dan memenuhi keperluannya sepanjang siang, sampai beliau melaksanakan shalat Isya’, kemudian aku duduk di sisi pintunya ketika beliau masuk ke dalam rumahnya, aku berkata kepada diriku, mungkin Rasulullah memiliki keperluan (sehingga aku sudah siap melayaninya), aku terus mendengar beliau mengatakan, “Subhanallah Subhanallah Wabihamdihi”, sehingga aku lelah kemudian aku pulang atau aku dikalahkan oleh mataku sehingga aku tertidur di sana.
Pada suatu hari beliau berkata kepadaku karena melihat semangat dan kesungguhanku dalam membantu dan melayani beliau,
”Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku akan memberimu”.
Mendengar tawaran itu aku berkata kepada beliau, “Aku akan berpikir dahulu wahai Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu”.
Maka akupun berpikir dalam diriku, aku mengetahui bahwa dunia itu fana dan akan sirna, dan sesungguhnya padanya aku telah memiliki rezeki yang sudah ditentukan yang akan mencukupiku dan mendatangiku”.
Setelah merenung dan memikirkannya, akhirnya Rabi’ah mencapai suatu keputusan, dan bergumam, “Kalau begitu aku akan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam untuk akhiratku, sesungguhnya beliau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah”.
Maka akupun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, dan tatkala berjumpa dengan beliau, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berkata kepadaku, “Apakah yang telah kamu buat, wahai Rabi’ah?
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau memberi syafaat kepadaku di sisi Rabb-mu agar Dia membebaskanku dari api neraka”.
Dalam riwayat Imam Muslim, Rabi’ah berkata, “Aku memohon agar dapat menemanimu di Surga”.(Subhanallah…..!)
Mendengar permohonanku itu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya, “Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal ini?”.
Rabi’ah menjawab, “Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada seorangpun yang menyuruhku, namun tatkala engkau berkata, ‘Mintalah kepadaku niscaya aku akan memberimu’, sedangkan engkau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah, maka akupun berpikir dalam diriku, aku mengetahui bahwa dunia ini fana dan akan sirna, dan sesungguhnya di dunia aku telah memiliki rezeki yang sudah ditentukan yang akan mencukupiku dan mendatangiku, akupun berkata (dalam diriku), ‘Kalau begitu aku akan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam untuk akhiratku.’”
Mendengarkan penjelasanku beliau berdiam sejenak, kemudian berkata kepadaku,
إِنِّي فَاعِلٌ، فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Aku akan memenuhi permintaanmu, maka bantulah aku atas dirimu dengan engkau banyak-banyak bersujud (banyak-banyak melaksanakan shalat) “.(HR Ahmad)
Subhanallah, itulah yang dipinta Rabi’ah untuk satu kesempatan emas yang tidak terulang: Diselamatkan dari api neraka agar dapat menikmati indahnya surga yang seluas langit dan bumi.
Menemani sang kekasih di surga Firdaus.
Bagaimanakah sikap kita andai tawaran itu disodorkan kepada kita?
Penulis: Ustadz Syafiq Riza Basalamah, M.A.
Artikel www.salafiyunpad.wordpress.con