Siapakah aku, sehingga diriku pantas diperebutkan? Aku adalah
kehormatan. Aku adalah kecemburuan yang bersemayam di dada setiap muslim
yang beriman kepada Allah -Subhanahu wa ta`ala- dan hari akhir. Aku
adalah akal yang sehat, aku adalah hukum-hukum syariat. Aku adalah
kemuliaan. Aku adalah rasa malu. Aku adalah kesucian. Aku adalah
kebaikan, dan aku adalah kehidupan yang bahagia.
Setelah aku perkenalkan kepada kalian siapakah sebenarnya diriku ini?
Maka aku merasa perlu untuk memperkenalkan kepada kalian, siapakah
gadis yang tidak menarik hatiku, yang tidak akan pernah merenggut
cintaku.
Dia adalah gadis yang tidak tahu arah dan tersesat jalan; gadis yang
tidak punya adab, akhlaq dan kepribadian. Aku katakan kepada kalian,
kenapa hatiku tidak terpikat dan tidak tertarik? Karena dia telah
menanggalkan rasa malu dan mencampakkannya. Karena dia telah melepaskan
diri dari Islam, dan menggantinya dengan gaya hidup wanita-wanita barat
yang durhaka.
Dia mengira kecantikan adalah segalanya! Tapi, sesungguhnya
kecantikan itu bukanlah seperti yang dibayangkan oleh wanita yang hina
lagi terperdaya ini. Kecantikan itu adalah kecantikan ilmu, adab, dan
pribadi.
Siapapun yang berjalan dalam gelimang narkotika dan jarum suntik yang
najis itu, maka dia adalah seburuk-buruk manusia, di hadapan orang yang
tidak silau akan penampilan.
Gadis itu tidak menyadari, bahwa kesombongan akan kecantikan dan
hartanya, justru akan menjerumuskannya dalam kebinasaan abadi di dalam
neraka.
Sebenarnya, wanita jalang yang hanya diperebutkan laki-laki hidung
belang itu, tidak lagi bisa terpagari oleh agama, kehormatan dan rasa
malu yang dimilikinya. Dia, wanita yang telah mencampakkan kerudung
kehormatan dan jilbab kesucian. Dia, tidak pernah berpikir tentang
kehidupan di dalam kubur dan siksaannya. Allah telah berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ حِسَاباً
“Sesungguhnya mereka tidak mengharapkan hitungan.” (QS. an-Naba’: 27).
Dia tidak lagi memiliki sekelumit niat atau sisa-sisa semangat untuk
meneladani wanita wanita shalihah, berbakti kepada Islam, dan mengharap
surga Allah -Subhanahu wa ta`ala- yang luasnya seluas langit dan bumi.
Yang ada dalam benaknya hanyalah apa yang dipakai oleh artis fulan
dan fulan? Film-film yang diperankan oleh artis-artis Prancis, Hongkong,
Hollywood, dan Bollywood?
Demi Allah Pemilik Ka’bah, alangkah ruginya wanita yang malang ini. Padahal Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- bersabda:
« صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَارِ لَمْ أَرَهُمَا قَطُّ: نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ، مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ .. »
“Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah sama sekali
kulihat; wanita-wanita yang mengenakan pakaian tapi telanjang, dan
wanita-wanita yang gampang tergoda dan suka menggoda.”
Alangkah ruginya dia. Ketika di dunia, dia menjadi bahan cemoohan di
antara saudara dan keluarga. Sementara di akhirat, siksa pedih akan
menimpanya.
Betapa lemah akalnya. Dia tidak pernah mau mendengar nasihat dan
peringatan orang-orang yang menyayanginya dan yang mengkhawatirkannya
dari neraka yang bahan bakarnya manusia.
Yang lebih naif, dalam pandangannya, orang-orang yang selalu
mengingatkannya adalah orang-orang yang terbelakang, tidak mengerti
peradaban, serta tidak memahami hakekat kehidupan. Maha benar Allah Yang
Maha Agung ketika Dia berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى
عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ
غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ
“Apakah engkau mengira terhadap orang yang menjadikan sesembahan hawa
nafsunya dan Allah telah menyesatkannya berada diatas ilmu sedangkan
Allah telah menutup pendengarannya dan hatinya dan telah menjadikan atas
penglihatan mereka tertutup, maka siapakah yang mampu memberinya
petunjuk setelah Allah.” (QS. al-Jatsiyah:23).
Ya, gadis ini telah menjadi budak hawa nafsunya. Angan-angannya telah
menipunya. Berapa kalipun engkau ingatkan dan engkau nasehati, tetap
saja dia enggan mendengar. Dia akan terus berjalan dalam kubangan lumpur
dan kegelapan. Ucapan orang-orang yang mengingatkanya tidak mampu lagi
menyelamatkannya untuk tidak terperosok ke dalam neraka Hawiyah
Waktu terus berjalan, dan dia tetap dalam lalai dan sesat. Dia lupa,
bahwasanya setiap hari yang berlalu adalah pengurangan dari umurnya, dan
setiap jam yang berputar, selalu membuatnya semakin dekat kepada
kuburan yang sudah menantinya.
Dia benar-benar telah menjadi musuh bagi dirinya, agamanya, dan
masyarakatnya. Dengan tanpa rasa malu, dia selalu membual di depan
kawan-kawannya, bercerita tentang masalah-masalah yang tidak pantas,
yang siapapun pasti akan merasa malu untuk menceritakannya. Semua itu
dia dapatkan dari media audio visual, cetak dan elektronika. Bahkan dia
mengajak teman-temannya untuk meniru tingkah lakunya. Maka, sudah pantas
kalau dia di kemudian hari akan mendapatkan dosanya dan dosa setiap
orang yang mengikutinya.
Betapa ruginya wanita ini…..!!!!
Umurnya hilang, perbuatannya sesat, sedang maut setiap hari memanggilnya.
Bisa jadi, dia berhasil meraih ijazah kesarjanaan. Akan tetapi ijazah
ini justru akan menambah beban yang memberatkannya, dan bukan menjadi
keberuntungan yang membahagiakannya.
Betapa hina dan tertipunya gadis ini. Dia tenggelam dalam lautan
angan-angan, dan binasa dalam samudera asa. Padahal kematian adalah
sangat dekat. Lebih dekat dari tali sandalnya.
Dia suka dengan jalan-jalan di pasar-pasar dan dan tempat hiburan,
tanpa memperhatikan aturan Allah -Subhanahu wa ta`ala- untuk dirinya.
Dia biasa tidur amat nyenyak tanpa ingat kewajiban. Dia tidak pernah
sadar akan adzab Allah yang telah menantinya. Dia bisa tertawa riang
bersama teman-temannya, padahal Rabb-nya Yang Maha Suci memurkainya. Dia
tidak pernah ingat tempat tinggalnya yang sempit dan gelap di kuburan
kelak, padahal dia pasti akan dibaringkan di dalamnya.
Dia tidak suka jika ada orang yang bicara soal kematian, karena akan
mengganggu kelezatannya dalam menikmati hal-hal yang haram. Dia berusaha
menipu dirinya sendiri hingga ajal menyerangnya. Sehingga, pantaslah
jika kelak dia akan menjadi diantara orang orang yang berkata, “Alangkah
baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal kebajikan) untuk hidupku
ini” (QS. al-Fajr:24) “Betapa sangat menyesalnya aku atas kelalaianku
dalam (melakukan kewajiban) terhadap Allah.” (QS. az-Zumar:56).
Maka jika maut telah mendekat, engkau akan melihat tangis dan air
mata, ketika ditampakkan di hadapannya rekaman kehidupannya yang hitam
dan kotor. Dia telah memperdaya banyak pemuda, dengan dandanan,
perhiasan dan suaranya yang nakal. Dia mengkhianati kedua orang tuanya
dan membuat murka tuhannya.
Kelak, ketika sudah berada di depan pintu gerbang akhirat, dia akan
mengiba, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku mengerjakan
amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan” (QS.
al-Mukminun:99-100).
Aku ingatkan kepada gadis itu, “Ketahuilah, bahwasanya kuburmu
sekarang sudah menunggumu. Kubur itu, untuk dirinya, bisa berwujud
sebuah taman diantara taman-taman di surga, tapi juga bisa berubah
menjadi lubang diantara lubang-lubang neraka. Jika engkau berada di
dalam yang pertama, maka berbahagialah dan bergembiralah. Tapi, jika
engkau berada di dalam yang kedua, betapa celaka dan ruginya dirimu.
Demi Allah, tidakkah engkau duduk merenung sejenak? Di manakah tempat
kembalimu, di antara kedua lubang tersebut? Kuburan manakah yang
menjadi balasan bagimu ?
Hai gadis yang bimbang, tidakkah engkau ingat seorang teman wanitamu,
yang telah telah dicabut nyawanya oleh Allah? Tidak pernahkah engkau
membayangkan, temanmu itu berkata bahwa dia akan beramal soleh
seandainya diberi kesempatan untuk kembali hidup didunia? Dan tidakkah
engkau berpikir dan bertanya pada dirimu: Kenapa maut telah
menjemputnya, sementara dirimu di biarkan hidup ? Bisa jadi, ini
merupakan suatu rahmat Allah -Subhanahu wa ta`ala- bagimu, Dia ingin
mengingatkanmu dan memberi kesempatan padamu.
Maka sudah sepantasnya, jika orang yang mau mendengar nasehat orang lain diberi predikat sebagai orang yang berakal.
Jika engkau sudah mulai tertarik dengan ampunan Allah dan rahmatNya,
maka ingatlah sebuah ayat yang sering dibaca Abu Hanifah rahimahullah,
ketika dia sholat tahajjud di akhir malam. Dia sering tidak mampu
menyelesaikan bacaannya karena menangis dan takut akan termasuk di
antara mereka. Padahal, beliau dikenal sebagai seorang ulama yang amat
bertakwa dan zuhud. Ayat itu adalah firman Allah, “Dan tampak bagi
mereka dari Allah atas apa yang mereka tidak mengiranya.” (QS.
az-Zumar:47). Sementara dirimu telah menumpuk amalan-amalan buruk dan
engkau merasa aman dari siksa Allah. Ini merupakan puncak kerugian.
Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya ada suatu kaum, sesembahan
mereka berupa angan-angan akan mendapatkan ampunan Allah dengan mudah,
sehingga ketika keluar dari dunia, dia tidak mempunyai amal kebaikan
sama sekali. Salah seorang dari mereka berkata, “Sesungguhnya aku
berprasangka baik kepada Rabku”, padahal dia dusta. Seandainya
berprasangka baik, pasti dia akan memperbaiki amalannya.” Kemudian
beliau membaca ayat, yang artinya, “Dan telah tampak bagi mereka dari
Allah, apa yang tidak mereka sangka sangka.” (QS. az-Zumar:47).
Wahai saudariku, wahai orang yang telah mendholimi dirinya sendiri,
janganlah engkau tertipu oleh wanita-wanita jalang yang durhaka, atau
oleh orang-orang yang seperti mereka. Orang-orang seperti mereka selalu
hidup dalam ancaman bahaya, dan bukan dalam kemajuan. Karena,
sesungguhnya wanita-wanita kafir itu tidak lebih dari apa yang Allah
-Subhanahu wa ta`ala- firmankan, “Tidaklah mereka kecuali seperti
binatang ternak bahkan mereka lebih sesat dari jalan kebenaran.” (QS.
al-Furqon:44).
Kemudian perhatikanlah tempat kembali mereka setelah itu,
“Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, siksa
neraka jahanam kalian kepadanya akan mendatangi.” (QS. al-Anbiya:98).
Allah -Subhanahu wa ta`ala- telah berfirman untuk mengingatkan kita dan
kaum muslimin, “Dan orang orang yang kafir, mereka bersenang senang dan
mereka makan seperti binatang maka neraka adalah tempat kembali bagi
mereka.” (QS. Muhammad:12).
Apakah engkau ingin seperti mereka? Kulitmu akan merinding dan bulu
kudukmu berdiri. Kemudian, engkau akan berteriak sekeras kerasnya, “Aku
berlindung kepada Allah”. Maka, sesudah itu aku berharap kamu akan
berkata: “Aku mohon ampunanMu, ya Rabbi”.
Wahai saudariku, maafkan aku jika terlalu keras dalam mengingatkanmu.
Sesungguhnya ini adalah jeritan sayang, nasihat cinta kasih, teriakan
cemburu. Aku telah menulisnya dengan air mataku, agar engkau membuka
telingamu, dan engkau mengikuti hati nuranimu serta agar pikiranmu
kembali sadar. Ini adalah peringatan bagi orang yang memiliki hati dan
pendengaran.
Aku memohon kepada Allah, semoga Allah menjadikan pandanganmu sebagai
ibroh (pelajaran), diammu sebagai perenungan, dan ucapanmu sebagai
dzikir. Dan semoga Dia menjadikan dirimu sebagai hambaNya yang mendapat
petunjuk dan mampu memberi petunjuk, hidup bahagia, mati syahid, dan
dikumpulkan bersama Aisyah dan Fatimah serta Khadijah Radiallahuanhunn.
Bersama wanita wanita yang telah mendapat limpahan nikmat Allah, yang
berupa nasihat, dakwah kepada Allah serta ikhlas terhadap agama ini.
Amiiinn..
Wallahu a’lam
Semoga mencerahkan, itu saja…
* dibahasa ulangkan dari Majalah Qiblati Vol 1 Edisi 4