Kisah seorang wanita yang bernama ‘Abiir yang sedang dilanda penyakit
kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga
mingguan “Buyuut Muthma’innah” (rumah idaman) di Radio Qur’an Arab
Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa
menahan air mata mereka. Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di
salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan lalu (tahun
2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang
pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :
Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan,
bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya
merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya
berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai
menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan ‘Abiir tatkala
bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur’an Saudi “Buyuut
Muthma’innah”. Ia bertutur tentang dirinya:
“Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu
seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa’. Kalian telah
berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk
menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan
bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang
berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan
sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang
aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan
obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya
karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku
sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan
rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia
tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang
dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku
yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas
kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan
mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.
Pada suatu malam datanglah Mayaa’ putriku lalu duduk di sampingku. Ia
membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara
di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu
memandang kepadaku dan berkata, “Mama…engkau dalam keadaan baik..??”.
Aku menjawab, “Iya”. Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata
uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun
mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di
hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, “Bagaimana menurutmu
dengan kondisiku ini wahai Mayaa’..?”, iapun menangis. Lalu iapun
mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, “Waha
mama…rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan”, lalu iapun
mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan
meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga
teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku,
dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan
umurku demi Mayaa’ putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena
penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya
penyakitku ini….
Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu
akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh
seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu
berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di
mobil…tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.
Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan
tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup
kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia
berkata, “Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa
aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu
tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan
mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak
menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku
agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih
banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan
pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang
jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta
kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya
aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang
baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan
Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia
akan segera menyembuhkanmu”
Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air
mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun
memeluknya sambil menangis…”.
Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan
mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil
menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, “Mama..hari ini adalah hari
jum’at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa
untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang
waktu mustajab ini.” Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku
kepadaku… Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak
terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat
Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan
lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan
semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk
membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku
tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk
membacakan al-Qur’an untukku.
Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun
kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa
saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut,
dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking
gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah
mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan
beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan
Allah.
Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan
sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa’ tertawa karena kebahagiaan dan
kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, “Mama…dokter itu tidak
ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya”. Aku berkata,
“Maksudmu?”. Ia berkata, “Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya
di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini
seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah
menyembuhkan uminya Mayaa”. Akupun menangis mendengar tuturannya…karena
keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta
rupiah), dan terkadang lebih dari itu.
Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena
karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah
membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk
ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di
tangan-Nya…sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia
yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan
sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.
Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi
setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami
menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa
kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas
sebelum dan susudahnya”
(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti ‘Abiir)
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 22-02-1433 H / 16 Januari 2011 M
www.firanda.com
Jumat, 28 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar